Pages - Menu

Jumat, 06 Juni 2014

Semi-Conscious

Ditengah lelapnya tidurku, ada hantaman keras tepat di pintu kamarku... aku tersentak menyadari ada sesuatu di luar kamarku.. lampu kamarku masih terang, sepertinya aku lupa mematikannya sesaat sebelum mengantuk menyapaku. Mataku berkeliling seakan mencari-cari sesuatu yang tak ada. Aku yakin ada hal ganjil di luar kamarku.

Aku mulai mengumpulkan keberanian untuk duduk dan menajamkan pendengaranku. Aku dengar langkah-langkah kaki tak wajar mengingat kamarku adalah kamar terakhir di ujung lorong. Apa gerangan ada orang berjalan-jalan di depan kamar pojok jika tak ada maksud lain. Tapi sekali lagi aku yakin yang sekarang sedang berada di luar itu bukanlah manusia.

Rendi menyuruhku untuk tetap diam di tempat, tak bergerak dan tak bersuara. Lalu dia menembus dimensi lain untuk menemui tamu tak diundang tersebut. Mereka bertatapan tak ada senyum. Sang tamu melongok ke dalam kamarku menembus dinding putih, kepala sampai setengah badannya muncul lalu melihat ke arahku. Ia mengikik lalu menghilang. Itu bukanlah kuntilanak yang sering orang bicarakan, bukan pula perempuan-perempuan bergaun putih panjang dengan tampang mengerikan. Ia sesosok manusia dengan tinggi diatas rata-rata manusia paling tinggi dan ukuran badan yang sangat besar, memakai sejenis sorban di kepala dengan lingkaran hitam di bawah mata. Well, itu cukup menakutkan namun Rendi kembali hadir dan menenangkanku bahwa semua baik-baik saja.

Rendi, sosok itu.... entahlah.. apakah dia manusia? Bukan... makhluk lain entah apa.. entah kepribadian gandaku.. entah pula hanya teman khayalan.. entah... Dia yang menemaniku saat muncul makhluk-makhluk menakutkan di sekitarku. Dia pula yang menemani ceritaku saat tak ada satu orang pun yang mengerti ketakutanku. Jika ditanya siapa dia.. aku tak tahu...



Rendi lalu pergi, tak ingin mengganggu jam tidurku yang baru saja berkurang akibat ulah tamu tak diundang. Satu detik, dua detik, tiga.... entah berapa detik setelahnya, aku sudah berada di tempat lain. Di antara lorong kamarku yang mengarah entah kemana, lorongnya sangat panjang dipenuhi cahaya merah redup. Aku tapaki selangkah demi selangkah jalan itu, karena tak ada jalan lain. Di ujungnya terdapat pintu yang menghubungkan ke suatu kamar yang cukup besar. Ada satu keluarga yang sedang duduk disana dengan tatapan kosong, tak bersuara. Aku mulai menyadari dimana keberadaanku. Ini dimensi lain entah dimana. Tiba-tiba saja, mereka menoleh ke arahku dengan tatapan tajam. Hanya menoleh memang, tapi cukup mengagetkanku. Aku mundur.. mencari jalan keluar.. berlari kesana kemari.. namun tak menemukannya.. Kusandarkan tubuhku di dinding berwarna putih pucat itu, lalu aku berkata, “aku capek”. Ku tutup mata dan berusaha kembali ke dunia nyata..

Aku tersentak... di depan pintu kamarku...

Senin, 02 Juni 2014

Dear...

Aku terbangun dari lelap panjang... Memulai kembali lembaran baru untuk kisah yang baru....

Setiap individu membuat prototipe waktunya sendiri,,.
Melalui proses, pengalaman, dan rasa yang tumbuh dalam setiap langkah...

Mengenai sisa hujan yang belum mengering di waktu lalu tampaknya akan segera menyapa kehangatan, bunga-bunga yang terbiasa manja dengan syair-syair sejuk pun akan mulai berteduh dari terik, dan jiwa-jiwa muda yang belum menemukan jalannya akan segera bangkit tanpa putus asa,..

Untuk imajinasi yang selalu menemani langkah~
Tanganku terbuka menyambut kata...